Nama
:
Nursanti Pamelia Pertiwi Tanggal
: 5 Maret 2012
NRP : A24100118 Bahan Tanaman : Umbi/Bit
gula
Mayor : Agronomi dan Hortikultura Nama Asisten :
Kelompok : 1 1.
Siti Komariyah G34070070
2.
Suharyo G34070112
KOMPOSISI
KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS
Tujuan Praktikum
:
Melihat pengaruh berbagai perlakuan
fisik dan kimia terhadap permeabilitas membran.
Hasil Pengamatan :
1. Nilai
Absorban Fisik (Panas dan Beku)
Perlakuan
|
Nilai A 525 nm
|
70o
|
1,396
|
65o
|
0,559
|
60o
|
0,519
|
50o
|
0,242
|
45o
|
0,203
|
Beku
|
3,318
|
Kontrol
|
0,203
|
2. Nilai A Perlakuan Kimia
Perlakuan
|
Nilai A 525 nm
|
Aseton
|
0,017
|
Metanol
|
2,138
|
Benzen
|
0,018
|
Kontrol
|
0,172
|
Pembahasan :
Membran sel atau plasmalemma yang
menyelubungi sel berfungsi sebagai pengatur keluar masuknya zat, mengantar atau
menerima rangsang, dan strukturnya terdiri dari dua lapisan lipoprotein yang
diantara molekul terdapat pori (Yatim, 1987).
Perbedaan permeabilitas sangat
bergantung pada besar kecilnya molekul yang lewat dan ditentukan dengan
besarnya pori-pori membran. Tapi pada membran plasma sel hidup besarnya molekul
tidak berpengaruh, hal ini disebabkan adanya kaitan antara kelarutan zat dalam
salah satu komponen membran (Tomi, 2009). Selain itu, permeabilitas membran sel
dipengaruhi oleh ukuran
solut, kelarutan lemak, derajat ionisasi, pH, dan temperatur. Ukuran solut yang
cenderung semakin besar, serta derajat ionisasi yang semakin tinggi menyebabkan
kemampuan permeabilitas membran cenderung menurun, sedangkan pengaruh
temperature dan pH yang tinggi membuat membran sel menjadi lebih mudah
mengalami denaturasi (Puspa, 2011).
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah spektrofotometer. Spektrofotometer
adalah suatu instrumen yang mengukur porsi dari cahaya dengan panjang gelombang
yang berbeda yang diserap dan dihantarkan oleh suatu larutan berpigmen
(Campbell, 2002). Spektrofotometer adalah alat untuk
mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang
(Puspa, 2011).
Terdapat tiga perlakuan yaitu perlakuan
panas, perlakuan dingin, dan perlakuan kimia. Pada perlakuan panas, dari data
yang di dapat semakin tinggi suhu yang diberikan kepada bahan percobaan maka
semakin tinggi nilai absorban 525 nm dan semakin pekat pula warna yang
dihasilkan. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi suhu menyebabkan
membran semakin rusak akibatnya semakin banyak pula isi sel yang ke luar. Komponen membran
tersusun atas lipid dan protein, maka jika suhunya terlalu tinggi, protein akan
mengalami denaturasi kemudian meyebabkan isi di dalam sel ke luar karena
protein penyusun membran selnya rusak. Pada perlakuan beku, nilai absorban yang
dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan perlakuan pada suhu 70o yaitu
3,318. Hal ini disebabkan oleh air di sekitar umbi yang berubah bentuk menjadi
kristal-kristal es sewaktu perendaman. Kristal-kristal es ini memiliki
permukaan yang tajam, sehingga merusak membran sel dan mengoyaknya. Tak hanya
sekadar membuat membrane sel terdenaturasi seperti pada perlakuan panas.
Akibatnya, pigmen yang terlepas/keluar dari membrane menuju air destilata
semakin banyak, dan menimbulkan warna ungu pekat. Pada perlakuan kimia
digunakan tiga larutan yaitu metanol (CH3OH), aseton ( CH3COCH3), dan benzen (C6H6). Dari
data yang didapat metanol memiliki nilai absorban yang tinggi hal ini karena Metanol merupakan senyawa
alkohol yang bersifat polar dan mudah berikatan dengan membran sel. Ikatan ini
menyebabkan senyawa organic penyusun membrane sel menjadi larut (adhesi),
metanol juga memiliki panjang rantai paling pendek sehingga
dengan waktu yang sama pada methanol tidak memerlukan waktu yang banyak untuk
pecahnya membran sel dan larut dalam senyawa kimia metanol tersebut. Sedangkan pada
benzen memiliki ikatan rantai karbon paling panjang dan tidak mengandung gugus
–OH sehingga untuk memecahkan membran sel butuh energi yang lebih besar dan
benzena pun tidak dapat larut dalam cairan membran dibuktikan adanya butiran-butiran
merah yang tak larut, benzen bertindak sebagai emulsifier dari fosfat dan
membrane yang terlarut.
Jawaban Pertanyaan :
1. Perlakuan
panas menyebabkan membran sel menjadi rusak karena protein yang menyusun mebran
mengalami denaturasi sehingga pigmen ungu dan isi sel lainnya keluar, terbukti
dari warna yang dihasilkan lebih pekat dan nilai absorban tinggi pada perlakuan
panas 70o. Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi nilai absorban
dan semakit pekat.
2.
Pembekuan menyebabkan permeabilitas
membran sel tinggi. Karena air yang berada di sekeliling bit gula yg telah
dibekukan berubah menjadi kristal-kristal tajam dan kristal-kristal tersebut
mengoyak dinding membran sel sehingga menyebabkan pigmen dan isi sel lainnya
keluar. Warna yang dihasilkan lebih pekat dibandingkan dengan warna yang
dihasilkan pada suhu 70o.
3.
Aseton memiliki rumus kimia CH3COCH3 ,
methanol memiliki rumus kimia CH3OH, sedangkan benzena memiliki rumus kimia
C6H6. Jika dilihat dari rumus kimianya hanya aseton dan methanol yang memiliki
gugus –OH, sedangkan penyusun utama membran sel adalah –OH, sehingga ketika Beta
vulgaris dimasukan kedalam larutan tersebut cairan dalam membran sel larut
dalam senyawa aseton dan metanol sedangkan pada benzena tidak larut dan
terdapat butiran-butiran merah. Dan jika dilihat dari panjangnya ikatan rantai
karbon metanol memiliki panjang rantai paling pendek sehingga dengan waktu yang
sama pada methanol tidak memerlukan waktu yang banyak untuk pecahnya membran
sel dan larut dalam senyawa kimia metanol tersebut. Sedangkan pada benzena
memiliki ikatan rantai karbon paling panjang dan tidak mengandung gugus –OH
sehingga untuk memecahkan membran sel butuh energi yang lebih besar dan benzena
pun tidak dapat larut dalam cairan membran dibuktikan adanya butiran-butiran
merah yang tak larut.
4. Sifat
hidrofilik merupakan sifat polar yang dimiliki oleh bagian kepala membran (suka
air). Sedangkan sifat hidrofobik adalah sifat non-polar yang dimiliki oleh
bagian ekor membran (tidak suka air). Sifat-sifat ini menyebabkan membran sel
menjadi suatu lapisan semi permeable, yang selektif dalam memilih zat-zat yang
dapat masuk dari lingkungan luar ke dalam sel.
Kesimpulan :
Pengaruh permeabilitas membran
berbeda-beda untuk setiap perlakuan panas, perlakuan dingin, dan perlakuan
dengan senyawa kimia ditunjukan dengan perbedaan nilai absorban masing-masing
perlakuan. Membran sel akan mengalami kerusakan yang parah jika diberi
perlakuan suhu yang ekstrim, terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Semakin
tinggi suhu yang diberikan maka semakin pekat warna yang dihasilkan dan semakin
tinggi nilai absorbannya. Semakin panjang ikatan rantai karbon maka nilai
absorbannya semakin rendah.
Daftar Pustaka :
Campbell,
dkk. 2002 Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Yatim, W. 2000. Embriologi.
Semarang : CV. Tarsito.
Titanium Blade - TITanium-Arts
BalasHapusTitanium titanium septum ring Blade. titanium hair straightener The tecate titanium Titanium Blade is aluminum vs titanium a razor blade crafted from a stainless steel core. Rating: 4 · 9 reviews titanium curling iron