Minggu, 11 Maret 2012

Laporan FisTum : KOMPOSISI KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS


Nama               : Nursanti Pamelia Pertiwi      Tanggal              : 5 Maret 2012
NRP                : A24100118                         Bahan Tanaman : Umbi/Bit gula
Mayor              : Agronomi dan Hortikultura  Nama Asisten    :
Kelompok       : 1                                          1. Siti Komariyah G34070070
                                                                     2. Suharyo          G34070112

KOMPOSISI KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS

Tujuan Praktikum :
            Melihat pengaruh berbagai perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas membran.

Hasil Pengamatan :
1.      Nilai Absorban Fisik (Panas dan Beku)
Perlakuan
Nilai A 525 nm
70o
1,396
65o
0,559
60o
0,519
50o
0,242
45o
0,203
Beku
3,318
Kontrol
0,203

2.     Nilai A Perlakuan Kimia
Perlakuan
Nilai A 525 nm
Aseton
0,017
Metanol
2,138
Benzen
0,018
Kontrol
0,172
Pembahasan :
            Membran sel atau plasmalemma yang menyelubungi sel berfungsi sebagai pengatur keluar masuknya zat, mengantar atau menerima rangsang, dan strukturnya terdiri dari dua lapisan lipoprotein yang diantara molekul terdapat pori (Yatim, 1987).
            Perbedaan permeabilitas sangat bergantung pada besar kecilnya molekul yang lewat dan ditentukan dengan besarnya pori-pori membran. Tapi pada membran plasma sel hidup besarnya molekul tidak berpengaruh, hal ini disebabkan adanya kaitan antara kelarutan zat dalam salah satu komponen membran (Tomi, 2009). Selain itu, permeabilitas membran sel dipengaruhi oleh ukuran solut, kelarutan lemak, derajat ionisasi, pH, dan temperatur. Ukuran solut yang cenderung semakin besar, serta derajat ionisasi yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan permeabilitas membran cenderung menurun, sedangkan pengaruh temperature dan pH yang tinggi membuat membran sel menjadi lebih mudah mengalami denaturasi (Puspa, 2011).
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah spektrofotometer. Spektrofotometer adalah suatu instrumen yang mengukur porsi dari cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda yang diserap dan dihantarkan oleh suatu larutan berpigmen (Campbell, 2002). Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang (Puspa, 2011).
Terdapat tiga perlakuan yaitu perlakuan panas, perlakuan dingin, dan perlakuan kimia. Pada perlakuan panas, dari data yang di dapat semakin tinggi suhu yang diberikan kepada bahan percobaan maka semakin tinggi nilai absorban 525 nm dan semakin pekat pula warna yang dihasilkan. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi suhu menyebabkan membran semakin rusak akibatnya semakin banyak pula isi sel yang ke luar. Komponen membran tersusun atas lipid dan protein, maka jika suhunya terlalu tinggi, protein akan mengalami denaturasi kemudian meyebabkan isi di dalam sel ke luar karena protein penyusun membran selnya rusak. Pada perlakuan beku, nilai absorban yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan perlakuan pada suhu 70o yaitu 3,318. Hal ini disebabkan oleh air di sekitar umbi yang berubah bentuk menjadi kristal-kristal es sewaktu perendaman. Kristal-kristal es ini memiliki permukaan yang tajam, sehingga merusak membran sel dan mengoyaknya. Tak hanya sekadar membuat membrane sel terdenaturasi seperti pada perlakuan panas. Akibatnya, pigmen yang terlepas/keluar dari membrane menuju air destilata semakin banyak, dan menimbulkan warna ungu pekat. Pada perlakuan kimia digunakan tiga larutan yaitu metanol (CH3OH), aseton ( CH3COCH3), dan benzen (C6H6). Dari data yang didapat metanol memiliki nilai absorban yang tinggi hal ini karena  Metanol merupakan senyawa alkohol yang bersifat polar dan mudah berikatan dengan membran sel. Ikatan ini menyebabkan senyawa organic penyusun  membrane sel menjadi larut (adhesi), metanol juga memiliki panjang rantai paling pendek sehingga dengan waktu yang sama pada methanol tidak memerlukan waktu yang banyak untuk pecahnya membran sel dan larut dalam senyawa kimia metanol tersebut. Sedangkan pada benzen memiliki ikatan rantai karbon paling panjang dan tidak mengandung gugus –OH sehingga untuk memecahkan membran sel butuh energi yang lebih besar dan benzena pun tidak dapat larut dalam cairan membran dibuktikan adanya butiran-butiran merah yang tak larut, benzen bertindak sebagai emulsifier dari fosfat dan membrane yang terlarut.

Jawaban Pertanyaan :
1.      Perlakuan panas menyebabkan membran sel menjadi rusak karena protein yang menyusun mebran mengalami denaturasi sehingga pigmen ungu dan isi sel lainnya keluar, terbukti dari warna yang dihasilkan lebih pekat dan nilai absorban tinggi pada perlakuan panas 70o. Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi nilai absorban dan semakit pekat.
2.      Pembekuan menyebabkan permeabilitas membran sel tinggi. Karena air yang berada di sekeliling bit gula yg telah dibekukan berubah menjadi kristal-kristal tajam dan kristal-kristal tersebut mengoyak dinding membran sel sehingga menyebabkan pigmen dan isi sel lainnya keluar. Warna yang dihasilkan lebih pekat dibandingkan dengan warna yang dihasilkan pada suhu 70o.
3.      Aseton memiliki rumus kimia CH3COCH3 , methanol memiliki rumus kimia CH3OH, sedangkan benzena memiliki rumus kimia C6H6. Jika dilihat dari rumus kimianya hanya aseton dan methanol yang memiliki gugus –OH, sedangkan penyusun utama membran sel adalah –OH, sehingga ketika Beta vulgaris dimasukan kedalam larutan tersebut cairan dalam membran sel larut dalam senyawa aseton dan metanol sedangkan pada benzena tidak larut dan terdapat butiran-butiran merah. Dan jika dilihat dari panjangnya ikatan rantai karbon metanol memiliki panjang rantai paling pendek sehingga dengan waktu yang sama pada methanol tidak memerlukan waktu yang banyak untuk pecahnya membran sel dan larut dalam senyawa kimia metanol tersebut. Sedangkan pada benzena memiliki ikatan rantai karbon paling panjang dan tidak mengandung gugus –OH sehingga untuk memecahkan membran sel butuh energi yang lebih besar dan benzena pun tidak dapat larut dalam cairan membran dibuktikan adanya butiran-butiran merah yang tak larut.
4.      Sifat hidrofilik merupakan sifat polar yang dimiliki oleh bagian kepala membran (suka air). Sedangkan sifat hidrofobik adalah sifat non-polar yang dimiliki oleh bagian ekor membran (tidak suka air). Sifat-sifat ini menyebabkan membran sel menjadi suatu lapisan semi permeable, yang selektif dalam memilih zat-zat yang dapat masuk dari lingkungan luar ke dalam sel.

Kesimpulan :
                Pengaruh permeabilitas membran berbeda-beda untuk setiap perlakuan panas, perlakuan dingin, dan perlakuan dengan senyawa kimia ditunjukan dengan perbedaan nilai absorban masing-masing perlakuan. Membran sel akan mengalami kerusakan yang parah jika diberi perlakuan suhu yang ekstrim, terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Semakin tinggi suhu yang diberikan maka semakin pekat warna yang dihasilkan dan semakin tinggi nilai absorbannya. Semakin panjang ikatan rantai karbon maka nilai absorbannya semakin rendah.
Daftar Pustaka :
Campbell, dkk. 2002 Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Yatim, W. 2000. Embriologi. Semarang : CV. Tarsito.
Larasati, Puspa. 2011. Komposisi Kimia Membran Sel dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi     Permeabilitas. (http://puspalarasati.wordpress.com)

1 komentar:

  1. Titanium Blade - TITanium-Arts
    Titanium titanium septum ring Blade. titanium hair straightener The tecate titanium Titanium Blade is aluminum vs titanium a razor blade crafted from a stainless steel core. Rating: 4 · ‎9 reviews titanium curling iron

    BalasHapus