Tujuan
Mempelajari pengaruh faktor-faktor
lingkungan jumlah daun, sirkulasi udara, cahaya, dan jumlah stomata terhadap
laju transpirasi.
Hasil
Pengamatan
Perlakuan
|
Kelompok
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
Rata-rata
|
|
Laboratorium
|
5,1
|
|
|
|
5,1
|
Kipas angin
|
6,4
|
|
4
|
|
5,2
|
Kipas angin+cahaya
|
|
0,53
|
|
3,2
|
1,8
|
Cahaya
|
|
0,67
|
|
3,2
|
1,9
|
Cahaya - daun ½
|
7,1
|
0,27
|
|
1
|
2,8
|
Cahaya + daun atas vaselin
|
3,6
|
|
|
1,9
|
2,75
|
Cahaya + daun bawah vaselin
|
|
1,9
|
|
4,7
|
3,3
|
Pembahasan
Transpirasi
adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman
yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan
lentisel . 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata,
paling besar peranannya dalam transpirasi. Sebagian besar air yang diserap
tanaman ditranspirasikan (Indradewa, 2011). Sebagian besar transpirasi
terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air,dan
hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Dengan terbukanya
stomata lebih lebar, lebih banyak pula
kehilangan air, tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk
masing-masing satuan penambahan stomata. Banyak faktor mempengaruhi pembukaan
dan penutupan stomata,
yang
paling utama dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
Pada sebagian besar tanaman budidaya cahaya menyebabkan
stomata terbuka. Pada tingkat kelembapan didalam daun yang rendah sel-sel
pengawal kehilangan turgornya, menagkibatkan penutupan stomata. Banyak tanaman
mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi
apabila persediaan air terbatas(Salisbury, 1992).
Menurut,
Sasmitamihardja 1996, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi transpirasi,
yaitu :
1. Radiasi cahaya. Radiasi cahaya mempengaruhi membukanya stomata, sehingga
dengan terbukanya stomata pada siang hari, transpirasi akan berjalan dengan
lancar.
2. Kelembaban. Kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap laju transpirasi.
Kelembaban menunjukkan banyak sedikitnya uap air di udara, yang biasanya
dinyatakan dalam kelembapan relatif. Makin banyak uap air di udara, akan makin
kecil perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun dengan di udara, akan makin
lambat laju traspirasi. Sebaliknya apabila tekanan uap air di udara makin
rendah atau kelembapan relatifnya makin kecil, akan makin besar perbedaan uap
air di rongga daun dengan di udara, dan transpirasi akan berjalan lebih cepat.
3. Suhu. Suhu tumbuhan pada umumnya tidk berbeda banyak dengan lingkungannya.
Kenaikan suhu udara akan sangat mempengaruhi kelembaban relatifnya.
Meningkatnya suhu siang hari, menyebabkan kelembaban relatif udara makin
rendah, sehingga akan menyebabkan perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun
dengan di udara menjadi semakin besar dan laju transpirasi meningkat.
4. Angin. Apabila angin bertiup terlalu kencang, dapat mengakibatkan keluaran
uap air melebihi kemampuan daun untuk menggantinya dengan air yang berasal dari
tanah, sehingga lama-kelamaan daun akan mengalami kekurangan air, turgor sel
akan menurun termasuk turgor sel penutup dan akhirnya stomata dapat tertutup.
5. Keadaan air tanah. Laju transpirasi sangat bergantung pada ketersediaan air
di dalam tanah, karena setiap air yang hilang dalam proses transpirasi harus
dapat segera diganti kembali, yang pada dasarnya berasal dari dalam tanah.
Berkurangnya air dalam tanah akan menyebabkan berkurangnya pengaliran air ke
daun dan hal ini akan menghambat laju transpirasi.
Berdasarkan proses fotosintesis tanaman dibagi menjadi
3 kelompok, yaitu C3, C4, dan CAM (Crassulacean Acid Metabolism). Tanaman C4
dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering dibandingkan dengan tanaman
C3. Hal ini dikarenakan tanaman golongan C4 menghasilkan berat kering 2-3 kali
lebih besar persatuan air yang digunakan dibandingkan tanaman golongan C3 yang
berarti tanaman C4 lebih efisien dalam menggunakan air dibandingkan dengan
tanaman C3. C3 memiliki laju transpirasi yang lebih besar dibandingkan dengan
tanaman C4 dan CAM. Pada tanaman CAM memiliki lapisan lilin (kutikula) yang
tebal sehingga dapat menghambat keluarnya air dari dalam tumbuhan. Contoh
tanaman C3 adalah gandum, kentang, kedelai, kacang-kacangan dan kapas. Contoh
tanaman C4 adalah jagung dan tebu. Sedangkan contoh tanaman CAM adalah kaktus
dan anggrek.
Dari data pengamatan terdapat data yang bertentangan
dengan literatur, yakni pada laju transpirasi yang dihasikan oleh daun utuh
lebih kecil dibandingkan dengan laju transpirasi setengah daun, yang seharusnya
adalah laju transpirasi yang dimiliki oleh daun utuh lebih besar dibandingkan
dengan setengah daun karena stomata yang dimiliki oleh daun utuh lebih banyak
dibandingkan dengan setengah daun. Data yang bertentangan selanjutnya adalah
ketika pemberian vaselin pada permukaan daun, dari data pemberian vaselin pada
permukaan atas daun lebih rendah dibandingkan dengan pemberian vaselin pada
permukaan bawah daun, yang seharusnya adalah laju transpirasi permukaan bawah
daun yang dilapisi vaselin lebih rendah dibandingkan laju transpirasi permukaan
atas daun yang diberi vaselin, hal ini terkait dengan keberadaan stomata yang
lebih banyak pada permukaan bawah daun dibandingkan dengan permukaan atas daun.
Ketidaksesuaian data dengan literatur disebabkan oleh praktikan kurang teliti
dalam mengamati dan mengukur, tidak adanya kesepakatan diantara praktikan yang
menyebabkan terdapat beberapa kelompok yang tidak mengamati.
Jawaban Pertanyaan
1.
Jika batang berakar yang digunakan untuk praktikum ini maka yang terjadi
adalah laju transpirasi mengalami penurunan, karena proses masuknya air menjadi
lebih sulit dan melalui mekanisme transportasi yang lebih kompleks yaitu dari
epidermis menuju endodermis serta melalui tiga lintasan yaitu lintasan apoplas, lintasan transmembran,
dan lintasan simplas. Setelah melewati ketiga jalur ini, air akan menuju xylem
dan ke seluruh jaringan tumbuhan khususnya daun, akibat pergerakan air yang
kompleks ini aliran air menuju permukaan daun lebih lama dibandingkan dengan
tanaman yang tidak berakar, sehingga laju transpirasi akan lebih lama.
2.
Air
bergerak melalui potometer naik ke dalam cabang tumbuhan disebabkan karena
adanya daya penggerak, adesi dan kohesi air. Daya penggerak adalah gradien
potensial air yang semakin negatif dari tanah, melalui tumbuhan menuju atmosfer.
Air bergerak dalam lintasan mulai dari tanah, melalui epidermis, korteks, dan
endodermis, masuk ke jaringan pembuluh akar , naik melalui unsur xilem, masuk
ke daun, dan akhirnya ke stomata untuk kemudian ditranspirasikan ke atmosfer.
Stuktur khusus lintasan ini seperti tabung pembuluh yang memiliki potensial
osmotik rendah pada sel batang dan daun, serta kemampuan adesi antar dinding
sel dengan air yang memilki daya kohesi untuk menarik molekul air keatas. Daya
adesi ini diakibatkan adanya ikatan hidrogen. Sedangkan daya kohesi adalah daya
tarik menarik antara molekul sejenis.
3. Pengaruh faktor lingkungan yang dicoba
terhadap laju transpirasi pada praktikum ini adalah (a) jumlah daun, semakin
banyak jumlah daun maka laju transpirasi akan meningkat karena banyaknya
stomata sebagai tempat terjadinya proses transpirasi. (b) sirkulasi udara, angin
membawa udara dekat ke daun dan membuat lapisan pembatas pada daun lebih tipis
sehingga mengakibatkan laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara
yang banyak hembusan angin. (c) cahaya, makin banyak cahaya maka laju
transpirasi akan meningkat karena cahaya mempengaruhi membukanya stomata
sehingga bila banyak cahaya stomata pada daun akan membuka dan laju trasnpirasi
akan menjadi tinggi. (d) jumlah stomata, semakin banyak jumlah stomata maka
proses transpirasi dapat berlangsung lebih cepat.
Daftar
Pustaka
Indradewa, Didik dan Eka
Tarwaca Susila Putra. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Power point Fisiologi
Tumbuhan UI, Jakarta.
Salisbury, Frank B. dan Clean W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Sasmitamihardja, Dardjat,
dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi ITB,
Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar